Selasa, Agustus 07, 2018

Manager Toyota Kaget, Saat Tahu Fortuner Jadi Angkot di Papua


Manager Toyota Kaget, Saat Tahu Fortuner Jadi Angkot di Papua

PAPUA - Mobil-mobil keluaran Toyota seperti Fortuner, Innova dan Hilux sudah lama menjadi mobil angkot di Papua. Hal ini membuat pihak Toyota kaget dan dan mengaku bahwa mereka tidak mengetahui soal ini.

"Kaget dan bersyukur membaca berita ini, Artinya Toyota Fortuner ini bisa menjadi solusi transportasi di Papua yang masih memiliki medan jalanan yang ekstrim dimana tidak setiap jenis mobil bisa melewatinya," ujar PR Manager PT Toyota-Astra Motor Rouli H Sijabat saat ditemui di arena Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018.

"Dan juga faktor keekonomisan membuat kendaraan ini menjadi pilihan partner bisnis usaha transportasi di Papua," imbuhnya.

Mobil Toyota Fortuner itu lazim ditemui di pedalaman Paniai melalui trans jalan Nabire, Papua. Uniknya mobil SUV tersebut berpelat kuning. Dengan medan jalan yang berat, Fortuner dinilai mempunyai performa baik untuk jalan naik turun dan rusak.

"Pakai mobil enak. Ini mobil Fortuner keluaran 2018 saya cicil Rp 15 juta per bulan selama 3 tahun harga Rp 500-an juta," kata seorang sopir, Mardi (31).

Mardi mengakui memang taksi model mewah seperti ini unik apalagi mengantar penduduk pedalaman yang biasanya tak beralas kaki. Kendati demikian, mobil mewah ini kerap digunakan untuk pejabat juga, termasuk mengawal rombongan RI 1.

"Mobil ini pernah dipakai pengawal Jokowi. Lalu pihak Jokowi bingung kenapa pelatnya kuning semua lalu suruh diganti," ujarnya sambil tertawa.

Dia mengaku menerapkan tarif per kepala sebesar Rp 500 ribu. Namun untuk pemesanan khusus seperti carter harga bisa lebih. "Harga untuk carter bisa sejuta per hari dalam kota saja. Kalau Nabire ke Paniai itu Rp 3 juta per hari," sambung dia.

Kendati begitu, di balik menikmati untung yang lumayan, ada sederet hal yang mengancam Mardi yang telah belasan tahun jadi sopir ini. "Suka ada pemalangan dan rampok. Saya pernah dirampok dengan pistol di kepala dan parang di leher. Tapi itu anggap saja bala (musibah) kalau tidak kuat tidak bisa," jelas dia.

Bukan cuma itu, para sopir juga harus berhadapan dengan ancaman longsor sampai orang mabuk yang tiba-tiba datang. "Sepupu saya itu baru satu kali kena rampok tapi sudah minta pulang, ke kampung" jelas pria asal Palopo.

Perihal perampokan dan ancaman lainnya, Mardi tidak pernah menceritakan itu ke keluarganya. Ayah dua orang anak ini memilih menyebut sedang dapat bala jika sang istri menanyakan uang dia yang hilang.

Sebagai informasi, Nabire ke pegunungan Paniai memakan waktu sekitar 6 jam dengan beberapa jalan rusak dan longsor. Melewati sejumlah jembatan yang beberapa di antaranya masih dalam pembangunan.

Tidak ada komentar: